MUDA-MUDAHAN BERMANFAAT,,,BERBAGI ILMU LEBIH BAIK..Hh
LAPORAN
STUDI LAPANG
METEOROLOGI
DAN KLIMATOLOGI
Stasiun
Klimatologi Klas I Panakukang – Maros
Balai Besar Wilayah IV Makassar
Stasiun Meteorologi Maritim Klas II
Paotere Makassar
Balai Besar Wilayah IV Makassar
NAMA : ERWIN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN
GEOGRAFI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2014
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
War. Wab.
Puji
syukur kita panjatkan ke hadirat allah swt, yang telah melimpahkan rahmatnya
kepada kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan hasil studi
lapangan Meteorologi dan Klimatologi
sebagai salah satu persyaratan kelulusan
mata kuliah tersebut.
Sejak persiapan dan proses studi lapang hingga penulisan
laporan ini penulis mendapat hambatan dan tantangan, namun berkat bantuan dari
berbagai pihak sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menghanturkan banyak ucapan terima
kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ramli Umar, M.Si selaku dosen mata kuliah
Meteorologi dan Klimatologi, serta asisten mata kuliah dan di lapangan dalam
hal ini para pegawai di instansi BMKG
yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama praktek
lapang ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan di masa mendatang.
Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terkhusus bagi
segenap mahasiswa jurusan Geografi.
Makassar, April
2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
A.
Latar
Belakang...............................................................................................
B.
Tujuan............................................................................................................
C.
Lokasi
Praktek...............................................................................................
D.
Waktu
Pelaksanaan........................................................................................
E.
Alat
dan Bahan..............................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI................................................................................................
A. Unsur-unsur
Cuaca dan Iklim........................................................................
B. Radiasi
Sinar Matahari...................................................................................
C.
Suhu
Udara dan Suhu Tanah.........................................................................
D.
Kelembaban
Udara........................................................................................
E.
Tekanan
Udara...............................................................................................
F.
Awan.............................................................................................................
G.
Curah
Hujan...................................................................................................
H.
Angin.............................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................
A.
Alat
Pengukur Curah Hujan..........................................................................
B.
Alat
Pengukur Suhu Udara............................................................................
C.
Alat
Pengukur Penguapan.............................................................................
D.
Alat
Pengukur Lamanya Penyinaran dan Intensitas Matahari.......................
E.
Alat
Pengukur Temperatur dan Suhu Tanah..................................................
F.
Alat
Pengukur Kecepatan Angin...................................................................
BAB IV SISTEM INFORMASI KLIMTOLOGI.........................................................
BAB V PENUTUP.........................................................................................................
A.
Kesimpulan....................................................................................................
B.
Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
LAMPIRAN GAMBAR.................................................................................................
Penakar Hujan
Observation.................................................................................
Penakar Hujan
Otomatis (Hellman).....................................................................
Alat Pengukur
Intensitas Cahaya Gun Bellani....................................................
Campbell Stokes..................................................................................................
Anemometer Wind Vane dan Force Indikator....................................................
Anemometer Cup
Center.....................................................................................
Anemometer
Otomatis ........................................................................................
Termometer
pada Tanah Berumput dan Tanah Gundul......................................
Sangkar
Meteorologi............................................................................................
Bagian Dalam
Sangkar Meteorologi (Termometer Bola Basah dan Kering).......
Oven Van
Evaporation........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Dasar pelaksanaan praktikum ini adalah kurikulum 2002
semester genap dengan jumlah jam praktek 8 jam (1 hari) dengan pokok bahasan
yanga akan ditetapkan antara lain: curah hujan, tekanan udara, kelembaban
udara, temperatu udara, radiasi matahari, penguapan, arah dan kecepatan angin.
Praktek ini mensinergikan antara teori yang diterima mahasiswa di kelas dengan
kondisi yang nyata di lapangan sehingga mahasiswa tidak hanya memahami ilmunya
saja, tetapi dapat mempraktekan dan melihat konsep-konsep meteorologi dan
klimatologi secara langsung.
B.
Tujuan
- Tujuan Instruksional Umum
Pelaksanaan studi
lapang ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat memahami unsur-unsur pembentuk
cuaca dan iklim, dan dapat mengetahui cara kerja alat-alat Meteorologi dan
Klimatologi serta dapat mengumpul, dan mengelola datanya.
- Tujuan Instruksional Khusus
Pelaksanaan studi
lapang ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami cara kerja dan kegunaan
alat-alat di bawah ini:
a.
Pengukur
curah hujan
b.
Pengukur
tekanan udara
c.
Pengukur
kelembaban udara
d.
Pengukur
temperatur udara
e.
Pengukur
radiasi matahari
f.
Pengukur
penguapan
g.
Alat
ukur intensitas penyinaran.
- Mengumpul dan mengelola data cuaca.
C.
Lokasi
Studi Lapang
Lokasi studi lapang
mata kuliah ini adalah:
1.
Stasiun Klimatologi Klas I Panakukang –
Maros
Balai Besar Wilayah IV Makassar, Jl. Ratulangi 75A Maros, Sulawesi
Selatan.
2.
Stasiun Meteorologi Maritim Klas II
Paotere Makassar
Balai Besar Wilayah IV Makassar, Jl. Sabutung I No. 30 Paotere – Makassar.
D.
Waktu
Pelaksanaan
Studi lapang mata
kuliah meteorologi dan klimatologi ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 15
Maret 2014.
E.
Alat
dan Bahan
- Alat
Disediakan oleh
Instansi
- Bahan
a.
Kertas
Pencatat
b.
Alat
Tulis
c.
Kamera
BAB II
KAJIAN TEORI
Klimatologi merupakan ilmu yang membahas dan menerangkan
tentang iklim, sedang meteorologi atau ilmu cuaca menekankan pada proses fisika
yang terjadi di atmosfer, misalnya hujan, angin, dan suhu.
Cuaca dan iklim merupakan gejala alam yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan kegiatan manusia yang
makin majemuk, data cuaca dan iklim makin dirasakan sngat penting. Badan atau
lembaga yang secara resmi bertugas melakukan peramalan cuaca adalah Badan
Meteorologi dan Geofisika.
Cuaca adalah keadaan atau kelakuan atmosfer pada waktu
tertentu yang sifatnya berubah-ubah dari waktu ke waktu. Sifat-sifat cuaca, yaitu:
1.
Mudah
berubah
2.
Berlaku
untuk waktu yang terbatas
3.
Meliputi
daerah yang sempit
4.
Merupakan
hasil pencatatan yang baru
Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada daerah yang
relatif luas dan dihitung untuk beberapa puluh tahun, minimal 30 tahun.
Sifat-sifat iklim antara lain sebagai berikut:
1.
Tetap
2.
Berlaku
untuk waktu yang lama
3.
Meliputi
daerah yang luas
4.
Merupakan
hasil rata-rata keadaan cuaca dan bukan hasil pencatatan yang baru.
Secara alamiah panas matahari yang masuk ke bumi,
sebagian akan diserap oleh permukaan bumi, sementara sebagian lagi akan
dipantulkan kembali ke luar angkasa. Adanya lapisan gas disebut gas rumah kaca
yang berada di atmosfer menyebabkan terhambatnya panas matahari yang hendak
dipantulkan ke luar angkasa menembus atmosfer. Peristiwa terperangkapnya panas
matahari di permukaan bumi ini dikenal dengan istilah efek rumah kaca.
Hal ini berakibat pada meningkatnya jumlah gas rumah kaca
yang berada di atmosfer yang kemudian menyebabkan meningkatnya panas matahari
yang terperangkap di atmosfer. Peristiwa ini pada akhirnya menyebabkan
meningkatnya suhu di permukaan bumi, yang umum disebut pemanasan global.
Pemanasan global kemudian pada prosesnya menyebabkan terjadinya
perubahan seperti meningkatnya suhu air laut, yang menyebabkan meningkatnya
penguapan di udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara.
Perubahan-perubahan ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
Berdasarkan penelitian para ahli, perubahan iklim
diketahui akan menimbulkan dampak-dampak yang merugikan bagi kehidupan umat
manusia. Kekeringan, gagal panen, krisis pangan dan air bersih, hujan badai,
banjir dan tanah longsor, serta wabah penyakit tropis merupakan beberapa dampak
akibat perubahan iklim. Oleh karena itu, demi kelangsungan hidup manusia kita
harus segera berupaya mengurangi kegiatan yang mengeluarkan emisi gas rumah
kaca guna menghambat laju terjadinya perubahan iklim.
Gambar 2.1 Temperatur rata-rata global 1850 sampai 2006
relatif terhadap 1961–1990
Gambar
2.2 Model iklim
Meningkatnya
bukti ilmiah akan adanya pengaruh aktivitas manusia terhadap sistem iklim serta
meningkatnya kesadaran masyarakat akan isu lingkungan global, menyebabkan isu
perubahan iklim menjadi perhatian dalam agenda politik internasional pada tahun
1980-an. Adanya kebutuhan dari para pembuat kebijakan akan informasi ilmiah
Terkini guna merespon masalah perubahan iklim, maka pada tahun 1988, World
Meteorological Organization (WMO) dan United Nations Environment Programme
(UNEP) mendirikan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), sebuah
lembaga yang terdiri dari para ilmuwan seluruh dunia yang bertugas meneliti
fenomena perubahan iklim serta kemungkinan solusi yang harus dilakukan. Pada
tahun 1990, IPCC menghasilkan laporan pertamanya, First Assesment Report, yang
menegaskan bahwa perubahan iklim merupakan sebuah ancaman serius bagi seluruh
dunia dan untuk itu diperlukan adanya kesepakatan global untuk mengatasi
ancaman tersebut.
Untuk
merespon seruan IPCC, pada Desember 1990, Majelis Umum PBB membentuk sebuah
komite, Intergovernmental Negotiating Committee (INC), untuk melakukan
negosiasi perubahan iklim hingga pada pembuatan Kerangka Kerja Konvensi
Perubahan Iklim (Framework Convention on Climate Change/ FCCC).
Setelah
INC melakukan beberapa kali pertemuan, sejak Februari 1991 - Mei 1992, mengenai
kerangka kerja konvensi tersebut, akhirnya pada tanggal 9 Mei 1992 INC
mengadopsi sebuah konvensi yang dikenal dengan Konvensi PBB untuk Perubahan
Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/ UNFCCC). Konvensi tersebut kemudian terbuka untuk ditandatangani
pada KTT Bumi di Rio de Janeiro, Juni 1992.
Konvensi Perubahan Iklim dinyatakan telah berkekuatan
hukum sejak 21 Maret 1994, setelah diratifikasi oleh 50 negara. Saat ini
konvensi tersebut telah diratifikasi oleh lebih dari 180 negara.
Pengendali atau control iklim/ cuaca meliputi : kedudukan
matahari, lintang geografis, distribusi daratan dan air, tekanan tinggi, tekanan
rendah, angin massa udara, barisan pegunungan, arus laut dan badai. Berdasarkan
faktor-faktor pembentuk iklim seperti udara, hujan dapat pula dikemukakan bahwa
iklim terjadi karena :
·
Rotasi dan revolusi bumi
·
Perbedaan
lintang geografis dan lingkungan fisik
A. Unsur-unsur
Cuaca dan Iklim
Unsur-unsur cuaca
yaitu:
1.
Radiasi
matahari
2.
Suhu
udara
3.
Kelembaban
udara dan tanah
4.
Tekanan
udara
5.
Arah
dan kecepatan angin
6.
Awan
Iklim merupakan kebiasaan alam yang digerakkan oleh
gabungan beberapa unsure, yaitu pancaran radiasi matahari, temperatur,
kelembapan, awan, presifikasi, evaporasi, tekanan udara, dan angin.
Unsur-unsur itu berbeda tempat yang satu dengan yang
lainnya. Perbedaan itu disebabkan karena adanya faktor iklim atau disebut juga
pengendali iklim, yaitu:
1.
Letak
Lintang (Latitude)
2.
Ketinggian
tempat (Altitude)
3.
Posisi
tempat terhadap lautan
4.
Aliran
massa udara
5.
Halangan
oleh pegunungan
6.
Arus
laut
B.
Radiasi
matahari
Matahari adalah sumber energi pada peristiwa yang terjadi
dalam atmosfer yang dianggap penting bagi sumber kehidupan. Energi matahari
merupakan penyebab utama dari perubahan dan pergerakan dalam atmosfer sehingga
dapat dianggap sebagai pengendali iklim dan cuaca yang besar. Matahari
merupakan suatu benda yang mempunyai suhu permukaan ± 6.0000K,
sedangkan suhu permukaan bumi ± 30000K.
Gambar 2.3 Variasi Matahari Selama 30 Tahun
Terakhir
Semua
panas yang berasal dari penyinaran matahari, diterima oleh permukaan bumi, ada
yang dipantulkan kembali dan ada yang diserap oleh udara dan awan.Oleh sebab itu, banyak sedikitnya sinar yang diterima
oleh bumi tergantung hal-hal sebagai berikut:
1.
Lamanya
penyinaran, makin lama penyinaran makin tinggi temperaturnya.
2.
Sudut
datangnya sinar matahari, makin miring sinar matahari (pagi dan sore) semakin
kurang panasnya. Tempat yang dipanasi sinar matahari yang datangnya miring
lebih luas dari pada yang tegak (siang)
3.
Tinggi
rendahnya tempat, makin tinggi tempat temperaturnya semakin kecil.
4.
Keadaan
udara, apabila udara banyak mengandung awan (uap) dan gas arang, maka panasnya
akan berkurang.
5.
Angin
dan arus laut, adanya angin dan arus laut yang datang dari daerah dingin, akan
mendinginkan daerah yang dilalui.
6.
Keadaan
tanah, tanah yang licin dan putih banyak memantulkan panas. Tanah yang kasar
dan hitam banyak menyerap panas.
7.
Sifat
permukaan, daratan lebih cepat menerima panas daripada lautan.
Panas matahari yang merambat masuk ke bumi
melintasiatmosfer akan diserap oleh permukaan bumi. Kemudiansebagian panas
matahari tersebut akan dipantulkankembali oleh permukaan bumi ke angkasa
melaluiatmosfer.
Sebagian panas matahari yang dipantulkan tersebut
akandiserap oleh gas rumah kaca yang berada di atmosfermenyelimuti bumi.Panas
matahari tersebut terperangkapdi permukaan bumi, tidak bisa melintasi
atmosfer.Peristiwa ini menyebabkan suhu di bumi menjadi lebihhangat.Semakin
banyak jumlah gas rumah kaca yang berada di atmosfer, maka semakin banyak pula
panas matahari yang terperangkap di permukaan bumi, sehingga suhu bumi pun
menjadi semakin panas.
Udara itu bersifat diatermen, artinya dapat melewatkan
panas matahari. Sifat diatermen terdapat pada udara murni. Udara dapat menjadi
panas karena proses konveksi, adveksi, turbelensi, dan konduksi.
1.
Konveksi
Pemanasan secara vertikal. Penyebaran panas ini terjadi
akibat adanya gerakan udara sevara vertikal sehingga udara diatas yang belum
panas akan menjadi panas karena pengaruh udara di bawahnya yang sudah panas.
2.
Adveksi
Adveksi adalah penyebaran panas secara horisontal.
Penyebaran panas initerjadi sebagai akibat gerakan udara panas secara
horisontal dan menyebabkan udara di sekitarnya juga menjadi panas.
3.
Turbulensi
Turbulensi adalah penyebaran tanah secara berputar-putar.
Penyebaran tanah akan menyebabkan udara yang sudah panas bercampur dengan udara
yang belum panas.
4.
Konduksi
Konduksi adalah pemanasan secara kontak atau
bersinggungan. Pemanasan ini terjadi karena molekul-molekul udara yang dekat
dengan permukaan bumi akan menjadi panas setelah bersinggungan dengan bumi yang
memiliki panas terdalam. Molekul-molekul udara yang sudah panas bersinggungan
dengan molekul-molekul udara yang sudah panas sehingga menjadi sama-sama panas.
Dari matahari dipancarkan atau diradiasikan sinar yang
pada umumnya mempunyai gelombang pendek, sedangkan dari bumi dapancarkan sinar
dengan gelombang yang panjang. Radiasi matahari merupakan sumber utama energi
untuk proses-proses fisika di atmosfer. Proses fisika di atmosfer menentukan
cuaca dan iklim pada suatu tempat. Radiasi matahari atau radiasi surya
merupakan gelombang elektromagnetik yang dibangkitkan oleh proses fusi nuklir
yang mengubah hidrogen menjadi helium. Bagian radiasi matahari yang sampai ke
permukaan bumi disebut insolasi. Penerimaan radiasi surya di muka bumi
bervariasi menurut tempat dan waktu. Tetapan radiasi matahari didefinisikan
sebagai berikut.
Jumlah fluks (aliran) radiasi
matahari yang diterima atmosfer yang tegak lurus pada suatu bidang seluas 1 cm2
dalam satu menit.
Tetapan ini ditentukan oleh Johnson sebesar 2 ly min-1.
energi yang diterima pada permukaan bumi umumnya lebih kecil dari tetapan di
atas, yaitu besarnya 1,94 ly min-1. hukum radiasi ini dibuat atas
dasar suatu sifat dari benda hitam (black body), yaitu bersifat
mengabsorbsi semua radiasi elektromagnetik pada bagian spektrum tertentu.
Tentang jarak matahari, akibat orbit bumi mengelilingi matahari yang eksentri
maka setiap perubahan jarak dari bumi ke matahari menimbulkan variasi terhadap
penerimaan energi matahari.
Intensitas radius matahari (IRM) merupakan absorbsi
energi matahari dalam satuan per cm2/menit. IRM ini merupakan fungsi
dari sudut sinar matahari yang mencapai bagian yang lengkung dari permukaan
bumi, artinya sinar dahsyat yang miring kurang memberikan energi karena sinar
itu harus menempuh lapisan atmosfer yang lebih tebal bila dibandingkan dengan
sinar yang datangnya tegak lurus.
IRM yang besar mempunyai pengaruh yang besar pula pada
proses fotosintesis. Selain itu juga mempengaruhi bentuk bentuk kehidupan.
Misalnya, daun yang hidup di bawah pelindung akan berbentuk tipis dan lebar
karena memperoleh sinar matahari lebih banyak. Lamanya penyinaran matahari
tergantung pada posisi bumi mengelilingi matahari. Matahari seakan-akan
bergerak dari 23
0 lintang utara dan 23
0 lintang selatan. Dengan adanya perubahan letak
kedudukan matahari, di belahan bumi sebelah selatan akan menerima hari siang
lebih panjang. Di utara, terutama di kutub, akan menerima hari malam yang
panjang selama enam bulan. Perjalanan sinar matahari mencapai bumi akan
melewati atmosfer di mana selama perjalanannya itu akan mengalami beberapa
hambatan sehingga energi yang diterima, juga akan mengalami pengurangan.
Pengurangan ini terutama disebabkan oleh:
1.
Absorpsi,
yaitu penyerapan energi sinar matahari yang dilakukan oleh uap air, O2, O3,
dan CO2.
2.
Refleksi,
yaitu pemantulan energi sinar matahari oleh partikel yang berdiameter lebih
besar dari gelombang cahaya, misalnya awan.
3.
Scattering, yaitu penghamburan/ penyebaran cahaya oleh partikel
yang berdiameter kurang dari gelombang cahaya, misalnya uap dan aerosol.
Alat yang digunakan untuk mengukur durasi penyinaran
matahari ke permukaan bumi dinamakan Campbel Stokes.
C.
Suhu
Udara dan Suhu Tanah
Matahari merupakan salah satu sumber panas di permukaan
bumi. Letak Indonesia yang secara astronomis berada pada 94045”BT-141005”BT
dan 6008”LU-11015”LS serta dilalui oleh garis
khatulistiwa mempunyai pengaruh yang besar terhadap keadaan suhu udara
rata-rata setiap dari sepanjang tahun. Karena posisi Indonesia terletak pada
daerah lintang rendah maka Indonesia mempunyai suhu rata-rata tahunan yang
tinggi yaitu ± 260C. Meskipun suhu rata-rata tahunannya tinggi,
namun amplitudo suhu tahunannya kecil, yaitu sekitar 10C. Hal itu
dikarenakan oleh pemanasan matahari yang tinggi sepanjang tahun. Tingginya suhu
rata-rata tahunan Indonesia dapat diamati pada beberapa kota besar antara lain
Medan (25,30C), Jakarta (25,90C), Ambon (25,90C),
Kupang (26,20C), Monokwari (26,00C), Padang (26,20C),
dan Pontianak (26,20C).
Gambar
2.5 Variasi penyinaran cahaya dipermukaan bumi
Perbedaan
suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian suatu daerah dari permukaan laut.Makin
tinggi suatu tempat makin rendah suhunya.Akibatnya jenis tanaman yang dapat
tumbuh dengan baik juga berbeda-beda.Suhu di Indonesia tidak banyak mengalami
perubahan karena musim sebagaimana yang terjadi di luar daerah tropis.Oleh
karena wilayah Indonesia merupakan kepulauan maka luas wilayah perairan sangat
besar pengaruhnya terhadap pengendalian suhu.Hal ini yang menyebabkan tidak terdapatnya perbedaan yang
besar antara suhu maksimum dan suhu minimum tahunan.
Suhu tanah juga
akan dipengaruji oleh jumlah serapan radiasi matahari oleh permukaan bumi. Pada
sian hari permukaan tanah akan lebih tinggi dibandingkan suhu pada lapisan
tanha yang lebih dalam. Hal ini juga disebabkan karna permukaan tanah yang akan
menyerap radiasi matahari secara langsung pada siang hari tersebut, baru
kemudian panas dirambatkan ke lapisan tanah yang lebih dalam secara konduksi.
Sebaliknya, pada malam hari, panas akan merambat dari lapisan tanah yang lebih
dalam menuju ke permukaan.
Karena pola
tingkah laku permabatan panas tersebut, maka fluktuasi suhu udara akan tinggi
pada permukaan dan akan semakin kecil dengan bertambahnya kedalaman. Suhu tanah
maksimum pada permukaan tanah akan tercapai pada saat intensitas radiasi
matahari mencapai beberapa waktu kemudian. Semakin lama untuk lapisan tanah
yang lebih dalam. Hal ini disebabkan karena dibutuhkan waktu untuk perpindahan
panas dari permukaan ke lapisan-lapisan tanah tersebut.
Terjadinya perubahan suhu di Indonesia disebabkan oleh
faktor berikut:
1.
Ketinggian
tempat yang berbeda-beda, setiap naik 100 m diatas permukaan laut, maka suhunya
turun ± 0,50.
2.
Adanya
perbadaan siang dan malam.suhu maksimum terjadi pada siang hari antara pukul 13.00-14.00
dan suhu minimum terjadi menjelang pagi sekitar pukul 04.30.
Perpindahan panas sensibel dari suatu sumber panas
(misalnya permukaan) ke udara dapat dihitung berdasarkan rumus berikut.
H = ρCp [Ts-Ta]/rH
Dimana:
ρCp = kapasitas panas volumeritrik udara (1200
J.m-3.0K-2)
Ts = suhu sumber (0K)
Ta = suhu udara (0K)
RH = tahanan untuk perpindahan panas
Perambatan panas pada media padat mengikuti gradasi suhu.
Laju perambatan panas pada tanah akan mengikuti Hukum Fourier.
G = -k[dT/dZ]
Dimana:
G = kerapatan aliran panas
k = daya hantar panas tanah
dT = perbedaan suhu antara asal dan tujuan
dZ = jarak antara asal dan tujuan atau ketebalan lapisan
tanah yang dilalui.
Sebagian panas yang diterima oleh tanah tidak akan diteruskan,
tetapi akan ditampung atau ditahan oleh tanah tersebut. Kemampuan tanah untuk
menampung atau menahan panas yang diterimanya dapat dihitung dengan rumus
berikut.
Q = -ρs.Cs.dZ[dT/dt]
Dimana:
Q = daya tampung panas tanah
Ρs =
kerapatan tanah
Cs = panas spesifik tanah
dt = waktu, sedangkan dZ dan dT sama dengan rumus
sebelumnya.
Suhu udara diukur dengan menggunakan termometer,
sedangkan kertas yang digunakan untuk mencatat hasil pengukurandisebut
termogram. Suhu udara diukur dengan menggunakan skala derajat Celcius
(Centigrade) dan skala Fahrenheit. Garis yang menghubungkan tempat-tempat yang
sama suhunya disebut isoterm. Termometer yang biasa digunakan untuk mengukur
suhu udara banyak jenisnya, antara lain termometer air raksa, termometer maksimum,
termometer minimum, termometer minimum maksimum model six belani, dan
termometer tanah. Untuk setiap termometer mempunyai cara kerja yang
berbeda-beda tetapi pada dasarnya sama, yaitu mengukur suhu udara.
Termometer yang
paling umum digunakan adalah termometer maksimum minimum. Termometer ini
terdiri dari dua bagian, yaitu termometer minimum yang mengukur suhu minimum
dan termometer maksimum yang mengukur suhu maksimum. Termometer ini dapat pula
digunakan dengan bentuk U yang disebut termometer six. Termometer six berisi
cairan alkohol dan air raksa. Kedua cairan akan memuai bila suhu naik. Pemuaian
alkohol akan mendorong air raksa pada tabung termometer bagian kiri turun dan
naik pada tabung termometer bagian kanan. Indeks bagian kanan terdorong hingga
mencapai suhu tertinggi. Suhu maksimum dibaca dari bagian dasar indeks yang
lebih dekat dengan air raksa pada tabung bagian kanan.
Fluktuasi suhu
musiman untuk masing-masing lokasi di wilayah Indonesia sangat kecil. Hal ini
disebabkan karena indonesia terletak di daerah tropis. Oleh sebab itu,
Indonesia disebut memiliki iklim isothermal.Variasi suhu di Indonesia lebih
dipengaruhi oleh ketinggian tempat (altitude). Suhu maksimum di Indonesia
menurun sebesar 0,6 0C untuk setiap kenaikan elevasi setinggi 100
meter, sedangkan suhu minimum menurun 0,5 0C per kenaikan elevasi
100 meter.
Berdasarkan data
yang dikumpulkan di 60 lokasi, Oldeman (1977) menemukan hubungan antara suhu
dengan ketinggian tempat sebagai berikut:
T mak
= 31,3 – 0,006 x
T min
= 22,8 – 0,005 x
Di mana:
T
mak = suhu maksimum (0C)
T
min = suhu minimum (0C)
x
= ketinggian tempat (m)
Suhu maksimum
tertinggi umumnya tercapai pada sekitar bulan oktober (pada akhir musim
kemarau) dan suhu minimum terendah tercapai pada sekitar bulan Juli dan
Agustus. Suhu maksimum rata-rata di Indonesia umumnya tidak melebihi 320C.
Hal ini terjadi karena wilayah indonesia sebagian besar merupakan wilayah
lautan. Permukaan air yang luas akan berperan penting dalam memperkecil
fluktuasi suhu, karena sebagian besar merupakan energi radiasi matahari
terpakai untuk penguapan air (evavorasi), berbeda dengan pada lokasi yang
terletak di tengah benua yang luas, misalnya bagian interior Benua Australia,
Gurun Gobi yang terletak di tengah daratan Cina, Gurun Sahara di bagian tengah
Afrika Utara, atau Gurun di negara bagian Arizona di Amerika Utara.
Suhu minimum
rata-rata pada ketinggian 1000 meter dari permukaan laut terendah masih di atas
150C, masih jauh di atas titik beku air. Suhu minimum lebih rendah
pada ketinggian > 1000 meter relatif kecil dibandingkan dengan total luas
wilayah Indonesia secara keseluruhan.
Untuk mengetahui
temperatur rata-rata suatu tempat digunakan rumus:
Temperatur
permukaan laut = 27o C. Kota X tingginya 1500 m (di Indonesia).
Tanya: Berapa temperatur rata rata kota X?
Gambar 2.6 Termometer Maksimum dan Minimum
Apabila
suhu turun, kedua cairan mengerut. Uap air yang ada di ujung yang berbentuk
kerucut akan mengembun dan memaksa cairan air raksa turun pada tabung bagian
kanan dan naik pada tabung bagian kiri. Indeks pada bagian kiri akan terdorong ke atas. Suhu minimum dibaca dari
dasar indeks yang lebih dekat dengan air raksa pada tabung bagian kiri.
Indonesia terletak di daerah khatulistiwa sehingga
sehingga memperoleh sinar matahari yang maksimal dan merata sepanjang tahun.
Rata-rata suhu udara di Indonesia setiap tahunnya adalah 270C, untuk
daratan rata-rata 280C dan lautan sebesar 26,30C. Semua
ini diukur di atas permukaan air laut. Untuk setiap kenaikan 100 meter pada
suhu normal akan mengalami penurunan sebesar 0,650C, tetapi untuk
udara kering suhu udara turun 10C.
Penentuan suhu rata-rata tahunan menggunakan data suhu
udara harian. Pengukuran suhu udara dilakukan setiap hari selama 24 jam pada
tiap jamnya. Hasil pengukuran ini dilakukan digunakan untuk menentukan suhu
rata-rata harian. Suhu rata-rata harian digunakan untuk menentukan suhu
rata-rata bulanan dan suhu rata-rata bulanan digunakan untuk menentukan suhu
rata-rata tahunan.
D.
Kelembapan
Udara
Udara yang kita hirup setiap hari mengandung unsur air
yang berupa uap air. Udara yang mengandung uap air sebanyak kemampuannya
disebut udara jenuh. Tingkat kebasahan udara dalam meteorologi disebut dengan
istilah kelembapan atau kelengasan udara.
Gambar
2.7 Titik Jenuh Air di Udara dan Laut
Kelembapan adalah
konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut,
kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan
disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat
kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawal Lembap (dehumidifier).
Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan
sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di
udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan
tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F).
Kelembaban udara
adalah keadaan rata-rata udara pada waktu dan posisi tertentu. Kelembaban udara
menggambarkan kandungan uap air di udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban
mutlak atau kelembaban nisbi.Pengembunan akan terjadi bila kelembaban nisbi
mencapai 100%, dimana ada dua faktor terciptanya kondisi tersebut yaitu posisi
dan tempat.
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan
dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat
untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat
kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier).
Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan
sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di
udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan
tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F). Kelembaban adalah jumlah uap air dalam udara.
Kelembaban udara
penting, karena mempengaruhi kecepatan kehilangan panas dari ternak. Kelembaban
dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas melalui kulit dan saluran
pernafasan (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).
Kelembaban biasanya diekspresikan sebagai kelembaban relatif (Relative
Humidity = RH) dalam persentase yaitu ratio dari mol persen fraksi uap air
dalam volume udara terhadap mol persen fraksi kejenuhan udara pada temperatur
dan tekanan yang sama (Yousef, 1984). Pada saat kelembaban tinggi, evaporasi
terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan demikian
mempengaruhi keseimbangan termal ternak (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).
Kelembapan udara dapat di bedakan menjadi dua, yaitu
kelembapan mutlak (absolut) dan kelembapan relatif (nisbi).
1.
Kelembapan
mutlak atau absolut, adalah jumlah uap air yang terdapat dalam udara. Misalnya,
dinyatakan dalam jumlah gram uap air tiap-tiap 1 cm2. udara di suatu
ruangan memiliki suhu udara 210C, dan tiap 1 cm2 udara
pada ruangan tersebut mengandung uap air sebesar 14,4 gram.
2.
Kelembapan
relatif atau nisbi adalah perbandingan jumlah uap air yang ada dalam udara
dengan jumlah maksimum uap air yang dapat ditampung oleh udara pada suhu yang
sama dan dinyatakan dalam persen.
Kelembapan relatif yang telah mencapai 100% menunjukkan
bahwa udara dalam keadaan jenuh. Apabila udara telah melampaui keadaan jenuh,
maka akan terjadi pengembunan atau pemadatan uap air. Bila pendinginan terus
berlangsung, akan terjadi kondensasi, yaitu uap air menjadi titik-titik air.
Bil;a pendinginan telah mencapai titik beku akan terjadi sublimasi, yaitu
terbentuknya kristal-kristal es.
Gambar
2.8 Grafik fluktuasi kelembaban nisbi
rata-rata periode tanggal 21-29
September 2005 di
wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Kelembaban
relatif dapat didefinisikan sebagai perbandingan dari densitas uap air (berat
per unit volume) dengan saturasi densitas uap air, biasanya dinyatakan dalam
persen:

Kelembaban relatif
juga bisa dihitung melalui tekanan uap sesungguhnya dengan tekanan saturasi
uap:
E.
Tekanan
Udara
Orang pertama yang mengadakan pengukuran tekanan udara
adalah Torri Celli (1643) dengan menggunakan termometer raksa. Tekanan udara
menunjukkan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam setiap
satuan luas wilayah tertentu. Tekanan udara akan semakin rendah apabila semakin
tinggi permukaan laut. Besarnya tekanan udara dinyatakan dengan milibar
(mb). 1 mb=3/ 4 mm raksa atau 1.013 mb = 76 cm raksa = 1 atmosfer.
Tekanan udara diukur berdasarkan tekanan gaya pada
permukaan dengan luas tertentu, misalnya 1 m2. satuan yang digunakan
adalah atmosfer (atm), milimeter kolom air raksa (mm Hg), atau milibar (mbar).
Tekanan udara patokan (sering juga disebut tekanan udara normal) adalah tekanan
kolom udara setinggi lapisa atmosfer bumi pada garis lintang 450 dan
suhu 00C. Besarnya tekanan udara tersebut dinyatakan sebagai 1 atm.
Tekanan sebesar 1 atm ini setara dengan tekanan yang diberikan oleh kolom air
raksa setinggi 760 mm. Satuan tekanan selain dengan atm atau mm Hg, juga dapat
dan sering pula dinyatakan dalam satuan kg/m2, lb/anci2
(satuan ini umumnya digunakan di beberapa negara barat, disingkat dengan psi,
berasal dari pound per square inch), bar, dan Pa (singkatan dari Pascal).
Konversi antara satuan tekanan udara tersebut adalah
sebagai berikut:
1 atm = 760 mm Hg = 14,7 psi = 1.013 mbar
Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai tekanan udara sama disebut garis isobar. Daerah yang banyak menerima pemanasan
matahari menyebabkan udara di daerah tersebut akan mengembang dan naik. Oleh
karena itu, daerah tersebut bertekanan rendah. Sebaliknya, di tempat lain
terdapat tekanan udara tinggi sehingga terjadilah gerakan udara dsari daerah
bertekanan udara tinggi ke daerah yang bertekanan udara rendah. Gerakan udara
inilah yang dinamakan angin.
Besarnya tekanan udara tergantung tiga faktor, yaitu
temperatur, uap air, dan ketinggian. Daerah dengan suhu yang tinggi, umumnya
memiliki tekanan udara yang lebih rendah dibandingkan daerah dengan suhu udara
rendah. Udara dengan uap air besar memiliki tekanan udara yang lebih kecil
dibandingkan udara yang kering. Tekanan udara jiga dipengaruhi oleh ketinggian
(di atas permukaan air laut). Tekanan udara akan turun dengan bertambahanya
ketinggian.
Daerah-daerah di permukaan bumi yang bertekanan udara
paling tinggi dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain disebut daerah tekanan
maksimum.
Alat untuk mengukur tekanan udara disebut barometer.
Tekanan udara berkuarang dengan bertambahnya ketinggian tempat (elevasi atau
altitude). Hubungan antara tekanan udara dengan ketinggian dapat dilihat pada
Persamaan Laplace sebagai berikut:
h = k (1 + γ t) log [β0/βh]
dimana:
h = ketinggian tempat
k = konstanta (18.400)
γ = koefisien pemuaian udara (0,00367)
β0 = tekanan udara pada permukaan laut
βh = tekanan udara pada ketinggian h
Hubungan antara tekanan udara dengan ketinggian temapat
ini dimanfaatkan dalam merancang alat untuk pengukuran ketinggian tempat yang
disebut altimeter. Tekanan udara umumnya menurun sebesar 11 mbar untuk setiap
bertambahnya ketinggian tempat 100 meter.
Tekanan udara dipengaruhi oleh suhu. Oleh karena itu,
dapat dipahami jika tekanan udara di kawasan tropis relatif konstan. Tekanan
udara yang tidak berfluktuasi secara nyata ini menyebabkan kecepatan angin di
kawasan dekat garis ekuator seperti halnya Indonesia pada umumnya menjadi
relatif lemah. Daerah dengan tekanan udara yang sama dihubungkan dengan garis
isobar. Di wilayah Indonesia, garis isobar secara umum akan paralel dengan
garis kontur rupa bumi.
Tekanan udara berbeda antara lokasi yang satu dengan
lokasi yang lain dan pada lokasi tertentu dapat berubah secara dinamis dari
waktu ke waktu. Perbedaan atau perubahan tekanan udara ini terutama disebabkan
oleh pergeseran garis edar matahari, keberadaan bentang laut, dan ketinggian
tempat.
Pergeseran garis edar matahari akan mempengaruhi
fluktuasi suhu musiman terutama untuk daerah garis lintang pertengahan. Suhu
akan berpengaruh terhadap pemuaian dan penyusutan volume udara. Jika udara
memuai maka udara menjadi lebih renggang dan akibatnya tekanan udaranya akan
menurun, sebaliknya jika volume udara menyusut, maka kerapatan udara tersebut
menjadi lebih tinggi dan akibatnya tekanannya akan meningkat.
Udara mempunyai massa atau tenaga yang menekan bumi. Pada
ketinggian 0 meter di atas permukaan laut, udara memiliki massa 1.034 kg/cm2.
udara tidak hanya menekan benda ke atas malainkan juga ke segala arah.
Penekanan udara trhadap permukaan ini dinamakan tekanan udara. Kepadatan udara
tidak sepadat tanah atau air. Namun udara mempunyai berat dan menyebabkan
timbulnya tekanan. Besar kecilnya tekanan udara dapat diukur dengan barometer.
Ada dua tipe barometer, yaitu barometer air raksa dan barometer aneroid.
Barometer yang biasa digunakan adalah barometer aneroid. Hasil pengukuran tekanan
udara dapat pula dituangkan dalam suatu peta. Pada peta, tekanan udara
digambarkan dengan garis isobar. Garis isobar adalah garis-garis yang
menghubungkan tempay-tempat yang bertekanan sama.
Alat untuk mengukur tekanan udara disebut barometer.
Tekanan udara berkuarang dengan bertambahnya ketinggian tempat (elevasi atau
altitude). Hubungan antara tekanan udara dengan ketinggian dapat dilihat pada
Persamaan Laplace sebagai berikut:
h = k (1 + γ t) log [β0/βh]
dimana:
h = ketinggian tempat
k = konstanta (18.400)
γ = koefisien pemuaian udara (0,00367)
β0 = tekanan udara pada permukaan laut
βh = tekanan udara pada ketinggian h
Hubungan antara tekanan udara dengan ketinggian temapat
ini dimanfaatkan dalam merancang alat untuk pengukuran ketinggian tempat yang
disebut altimeter. Tekanan udara umumnya menurun sebesar 11 mbar untuk setiap
bertambahnya ketinggian tempat 100 meter.
F.
Awan
Penguapan,
pemanasan, awan berkondensasi menyebabkan hujan zenithal. Pemanasan, penguapan,
awan ditiup angin ke daerah gunung yang menyebabkan terjadinya hujan orografis.
Uap air merupakan sumber presipitasi (hujan dan salju). Banyaknya uap air yang terkandung diudara
merupakan indikator bahwa diatmosfer akan terjadi presipitasi. Diatmjosfer, air
merupakan satu-satunya komponen yang mengisi atmosfer tetapi dalam 3 bentuk
yaitu cair (air), gas (Uap), dan padat (es). Perubahan dari satu bentuk menjadi
bentuk yang lain disebut dengan siklus
hidrologi. Siklus hidrologi adaklah siklus atau daur air dalam berbagai bentuk
meliputi proses evaporasi, dari lautan, sungai, danau sampai keudara sebagai
reservoir uap air dan prosese kondensasi kedalam bentuk awan atau pengembunan
kemudian kembali lagi kedaratan dan lautan dalam bentuk presiipitasi.
Selain terdiri atas titik-titik air, awan juga ada yang
terdiri atas kristel-kristal salju. Titik-titik air pada awan bukanlah air
murni melainkan titik-titik air yang mengumpul pada sekeliling
partikel-partikel kecil yang disebut inti kondensasi. Inti kondensasi
ini terdapat di atmosfer. Inti-inti itu biasanya terdiri dari kristal-kristal
garam yang berukuran antara 0,1 mikron sampai 1 mikron. Kristal garam ini
berasal dari percikan air laut terutama
dari deburan ombak di pantai (surf).
Awan merupakan
hasil kondensasi dari uap air yang bergerak naik keatmosfer karena sifatnya
memantulkan dan menyerap radiasi matahari dan awan ikut menentukan pemanasan
dan pendinginan dibumi.
Udara yang naik ke
atas (angkasa) akan menjadi dingin dan menyebabkan kelembapan relatif udara
bertambah. Keadaan dingin menyebabkan udara tidak mampu menahah uap air. Pada
ketinggian tertentu menjadi jenuh sehingga terjadi proses kondensasi atau
pengembunan dimana uap air yang dikandung udara tersebut menjadi titik-titik
air.
Selain terdiri atas titik-titik air, awan juga ada yang
terdiri atas kristel-kristal salju. Titik-titik air pada awan bukanlah air
murni melainkan titik-titik air yang mengumpul pada sekeliling
partikel-partikel kecil yang disebut inti kondensasi. Inti kondensasi
ini terdapat di atmosfer. Inti-inti itu biasanya terdiri dari kristal-kristal
garam yang berukuran antara 0,1 mikron sampai 1 mikron. Kristal garam ini
berasal dari percikan air laut terutama
dari deburan ombak di pantai (surf).
Gambar
2.9 Jenis-jenis Awan
Jenis-jenis
awan antara lain:
1.
Awan
Cirrus
Awan
cirrus berbentuk seperti bulu atau serat. Awan ini dapat kita lihat pada saat
cuaca sedang baik, tetapi seringkali awan ini juga mengindikasikan adanya hujan
yang akan turun dalam beberapa jam.
2.
Awan
Cumulus
Awan cumulus berbentuk seperti kumppulan bola-bola kapas
di langit. Awan ini biasanya mengindikasikan cuaca yang cerah namun awan
cumulus yang luas dan bagian dasarnya lebih hitam, mengindikasikan akan adanya
hujan yang lebat dihsertai dengan guntur dan angin ribut.
3.
Awan
Stratus
Awan stratus memiliki ciri-ciri halus, berlapis-lapis,
berwarna kelabu yang menutup seluruh langit dan menghalangi matahari.
Halilintar dan hujan gerimis biasanya berkaitan dengan awan ini.
Nama-nama awan lainnya merupakan kombinasi dari ketiga
jenis awan tersebut, misalnya awan sirrostratus, yaitu awan sirrus yang
berlapis-lapis. Jika suatu jenis awan mengandung banyak uap air, kemungkinan
besar akan timbul hujan. Awan seperti itu dalam penamaannya ditambahkan kata
nimbo atau nimbus seperti cumulonimbus dan nimbustratus.
Seperti yang kita lihat di langit, awan terlihat dalam
berbagai bentuk dan ukuran. Para ahli telah dapat membedakan awan dalam tiga
kelompok, yaitu sebagai berikut:
1. Awan rendah, pada ketinggian 2.000 m. Terdiri atas awan
stratocumulus, cumulonimbus, dan stratus.
2. Awan menengah dengan etinggian antara 2.000 m sampai
6.000 m. Terdiri atas awan altocumulus dan altostratus.
3. Awan tinggi dengan ketinggian lebih dari 6.000 m. Terdiri
atas awan cirrus, cirrocumulus, dan cirrostratus.
G.
Curah
Hujan
Presipitasi atau curah hujan adalah banyaknya air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi. Banyaknya curah hujan dapat diukur dengan alat
penakar hujan yang dinamakan rain gauge. Curah hujan ini diukur selama 24 jam
sehingga dapat diukur banyaknya hujan baik harian, bulanan, maupun tahunan.
Satuan curah hujan adalah mm. Bila hujan dalam sebulan sebesar:
- < 60 mm di sebut bulan kering
- 60-100 mm disebut bulan lembab
- 100 mm disebut bulan basah.
Berdasarkan proses kejadiannya, curah hujan dapat
dibedakan menjadi:
1.
Hujan
zenithal atau hujan tropikal atau jhujan konveksi adalah hujan yang terjadi
karena udara yang mengandung uap air naik secara vertikal atau konveksi. Udara
yang naik itu mengalami penurunan suhu sehingga pada ketinggian tertentu
terjadi proses kondensasi dan pembentukan awan.
Gambar
2.10 Hujan Zenithal
2.
Hujan
orografis (hujan pegunungan) terjadi jika gerakan udara yang mengandung uap air
terhalang oleh pegunungan sehingga massa udara itu dipaksa naik ke lereng
pegunungan. Akibatnya, suhu massa udara tersebut menjadi dingin, hingga pada
ketinggian tertentu terjadi proses kondensasi dan terbentuklah awan.
Gambar
2.11 Hujan Orografis
3.
Hujan
frontal adalah hujan yang terjadi karena adanya pertemuan massa udara yang
panas dan dingin. Hujan frontal biasanya tidak lebat. Hujan ini terjadi pada
daerah lintang sedang dan jarang terjadi di daerah tropis, karena suhu massa
udara di daerah tropis hampir seragam.
Gambar
2.12 Hujan Frontal
H.
Angin
Telah kita ketahui sebelumnyabahwa besar kecilnya tekanan
udara dipengaruhi oleh temperatur, sedangkan temperatur udara di suatu tempat
dengan tempat yang lain berbeda-beda. Karenanya tekanan udara di suatu tempat dengan
tempat lainnya juga berbeda-beda.
Udara akan bergerak dari dari daerah yang bertekanan
udara tinggi ke daerah yang bertekanan udara rendah. Pergerakan udara
(mendatar) ini disebut angin.
Pada bagian ini ada dua hal yang perlu kamu ketahui,
yaitu arah dan kecepatan angin. Ada duia alat yang digunakan untuk mengetahui
arah angin, yaitu kantong angin dan baling-baling angin. Arah angin dinyatakan
dalam derajat, seperti 3600 (angin utara), 2700 (angin
barat), 180 0 (angin selatan), dan 900 (angin timur).
Kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer.
Anemometer yang biasa digunakan adalah anemometer mangkok. Bagian utama
anemometer ialah tiga mangkok yang menentukankerja alat ini. Mangkok tersebut
akan berputar pada sumbu tegak lurusnya. Perputaran akan menyebabkan pusat
tangkai mengirimkan kecrepatan angin kepada lempengan angka secara elektrik.
Gambar 2.13 Sirkulasi Angin
Angin
sering dinamai sesuai dengan asal atau arah datangnya angin, seperti angin
barat berarti angin yang berasal dari barat dean angin laut berarti angin yang
berasal dari laut.Secara umum,
angin dapat dibedakan menjadi angin tetap dan angin periodik.
1. Angin
Tetap
a.
Angin
Barat
Daerah sekitar
lintang 600 belahan bumi utara dan selatan merupaakan pusat tekanan
rendah sehingga angin berhembus dari daerah subtropika ke arah daerah lintang
600. angin yang bertiup dari derah subtropika ke arah lintang 600,
baik lintang utara maupun lintang selatan disebut angin baarat.
b.
Angin
Timur
Wilayah kutub utara
dan kutub selatan merupakan daerah salju abadi, sehingga kerapatan udara
(densitas) di derah tersebut selalu tinggi dan tekanan udaranya maksimum. Angin
ini disebut angin timur.
Gambar
2.14 Arah angin musim barat dan angin musim timur di Indonesia
c. Angin
Pasat dan Angin Antipasat
Wilayah subtropika
merupakan daerah bertekanan udara tinggi sedangkan khatulistiwa merupakan
daerah pusat tekanan rendah. Angin ini disebut angin antipasat.
2. Angin
Periodik
a.
Angin
Muson
Angin muson adalah
gerakan massa udara yang terjadi karena perbedaan tekanan udara yang mencolok
antara benua dan samudera. Di daerah tropis, angin muson dipengaruhi oleh
perbedaan sinar matahari. Pada bulan juli, matahri sedang berada di sekitar
belahan bumi utara (23,50LU) sehingga benua asia mendapat penyinaran
maksimal. Angin Darat dan Angin Laut
Pada malam hari berhembus angin darat, yaitu angin yang
berasal dari darat menuju ke laut. Sebaliknya pada siang hari berhembus angin
laut, yaitu angin yang berhembus dari lau ke daratan.
b. Angin
Gunung dan Angin Lembah
Angin gunung adalah angin yang bertiup dari lereng gunung
ke lembah pada malam hari. Angin lembah angin yang bertiup dari lembah ke
lereng gunung pada siang hari.
c.
Angin
lokal
1)
Angin
siklon dan antisiklon
Angin siklon adalah
angin di daerah depresi (daerah dengan tekanan udara rendah) dikelilingi daerah
dengan tekanan udara tinggi. Angin antisiklon adalah angin yang terdapat di
daerah kompresi, yaitu daerah dengan tekanan udara maksimum yang dikelilingi
tekanan udara minimum.
Gambar
2.15 Arah Angin Anti Siklon di Belahan Bumi
Sesuai dengan hukum
Boys Ballot, angin di belahan bumi utara akan berbelok ke sebelah kanan dan
angin di sebelah selatan akan berbelok ke kiri. Sedangkan pada angin antisiklon
yang merupakan kebalikan dari angin siklon, gerakan udara di belahan bumi utara
akan searah dengan jarum jam sedangkan di belahan bumi selatan akan berlawanan
arah dengan arum jam.
2)
Angin
fhon (angin terjun)
Angin fhon yang
bersifat panas, kencang, ribut, dan kering yang turun terjadi di daerah yang
terletak di belakang gunung atau pegunungan. Hal ini disebabkan karena udara
membawa uap air menaiki pehunungan kemudian terjadikondensasi dan turun hujan
di lereng yang menghadap ke arah angin.
3)
Angin
borah
Angin borah adalah
angin yang bersifat kering dan dingi seperti angin bise di selatan kaki gunung
yura.
4)
Angin
belizzard
Angin belizzard
adalah angin yang terjadi di tepi tekanan udara maksimum, biasanya merupakan
topan salju.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Alat
Pengukur Curah Hujan
Alat pengukur curah hujan ada dua macam yaitu alat pengukur
curah hujan tipe Hellman dan alat pengukur curah hujan OBS (observatorium).
1.
Tipe
Hellman
Alat ini bekerja secara otomatis, tingginya 150 cm dari
permukaan tanah. Alat ini berfungsi untuk mengukur besarnya curah hujan dalam
satu hari atau 24 jam dalam satuan (mm) pengamatan yang dilakukan dimulai pada
jam 07.00 pagi.
Bagian-bagian
alat:
a.
Mulut
corong yang berfungsi sebagai tempat masuknya air hujan yang berdiameter 200
cm.
b.
Logam
selubung alat yang berbentuk selinder dan berpintu lebar.
c.
Penampung
air.
d. Pelampung
air yang terdapat dalam penampung air.
e.
Pias
Hellman yang dipasang melingkar pada silinder Hellman tempat grafik tertera.
f.
Pena
pencatatan sebagai pencatat intensitas hujan pada grafik.
g.
Jam
Hellman yang berbentuk silinder yang berputar lengkap dengan kunci pemutar.
h.
Pipa
penghubung corong dengan pelampung.
i.
Pipa
Happel yang berfungsi sebagai tempat yang dilalui air lebih yang tumpah dari
pelampung.
j.
Gelas
ukur berskala.
Cara kerja alat:
Pada saat terjadi hujan, air hujan yang jatuh akan masuk
ke dalam mulut corong kemudian diteruskan dalam pelampung. Bila hujan
berlangsung terus, maka pelampung akan terangkat dan pena pencatat akan
terangkat pula dan akan membentuk grafik pada kertas pias, bila pena pencatat
telah menunjukkan angka 10 maka pena tersebut akan kembali ke angka nol, begitu
seterusnya sampai hujan berhenti. Apabila air dalam pelampung telah penuh, maka
pada kertas pias akan terdapat dua garis, yaitu:
·
Garis
vertikal yang menunjukkan besar kecilnya curah hujan.
·
garis
horisontal yang menunjukkan jam (waktu) selama turunnya hujan.
Jumlah curah hujan dalam sehari berdasarkan grafik yang
ditunjukkan pada kertas dapat dihitung dengan rumus:
(δ x 10) + Y
mm
Dimana:
δ = berapa kali
tercapai curah hujan dalam 10 mm
Y = nilai skala
terakhir yang ditunjukkan pada grafik
Pada setiap penggunaan pias baru, pena harus dikembalikan
pada angka nol. Jika curah hujan setempat rendah dan pena tidak mencapai angka
nol, maka kita dapat menambahkan air dengan bantuan gelas ukur dengan ketentuan
bahwa air yang ditanmbahkan harus dicatat jimlahnya. Misalnya, kedudukan
terakhir pena pencatat menunjukkan 7 mm maka untuk mengembalikan ke skala nol
harus ditambah air ke dalam tabung sebanyak 3 mm. Setelah skala nol pias
Hellman kembali pada silinder jam tersebut. Setelah kertas pias terpasang maka
silinder jam dikembalikan pada tempat semula setelah kunci pemutar pernya
diputar, sehingga silinder terpawang dengan posisi tegak pada sumbu putarnya.
2. Tipe Observatorium (OBS)
Alat ini bekerja secara manual, alat ini terbuat dari
aluminium yang bentuknya menyerupai sebuah tabung yang berbentuk corong. Pada
mulut corong dibuat menyempit untuk menghindari terjadinya penguapan. Alat ini
mempunyai tinggi 120 cm dari permukaan tanah yang diletakkan pada tempat
terbuka.
Alat ini berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan yang
jatuh pada permukaan tanah selkama 1 hari atau selama 24 jam, curah hujan ini
dicatat dan diamati pada jam 07.00 pagi.
Bagian-bagian alat:
a.
Mulut
corong berdiameter 100 cm, berfungsi sebagai tempat masuknya air hujan.
b.
Penampung
air yang berfungsi menampung air sementara.
c.
Kran,
berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan.
d.
Dasar
alat, berfungsi sebagai tempat tumpuan alat.
Cara kerja:
Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan masuk melalui
mulut corong dan diteruskan ke dalam bak penampung yang dialirkan melalui pipa
sempit yang ada di ujung corong penakar. Penunjukan intensitas air dalam gelas
ukur menunjukkan jumlah curah hujan dalam 1 hari (24 jam).
”Bila tidak ada hujan, maka data dittulis (-)”
”Bila hujan lebih kecil, dibulatkan ke nol (0)”
”Bila hujan lebih besar, maka mdari nol ditulis 1”
B.
Alat
Pengukur Suhu Udara
Alat pengukur suhu
udara ada 4 macam, antara lain:
Ø Termometer bola kering
Ø Termometer bola basah
Ø Termometer maksimum
Ø Termometer minimum
Alat pengukur suhu udara dipengaruhi langsung oleh
matahari. Oleh karena itu, alat-alat tersebut harus ditempatkan pada tempat
tertentu, yaitu pada sangkar meteorologi. Sangkar ini berfungsi untuk
melindungi alat-alat pengukur suhu udara tersebut. Ada dua jenis sangkar
meteorologi dilihat dari ketinggiannya, yaitu:
·
Sangkar
meteorologi dengan ketinggian 20 cm dari permukaan tanah
·
Sangkar
meteorologi dengan ketinggian 2 cm dari permukaan tanah
Sangkar meteorologi ini dibuat dengan ketentuan sebagai
berikut:
- Serbuat dari kayu yang kuat dan dicat putih
- Mempunyai dua buah pintu, dimana pintunya dibuat
bersekat-sekat supaya udara tidak bisa keluar masuk.
- Pintu sangkar harus menghadap dari utara ke selatan
- Ditempatkan pada tempat yang terbuka agar aliran
udara tidak terganggu.
1.
Termometer bola kering
Alat ini berfungsi untuk mengukur kelembaban udara.
Pada prinsipnya alat ini hampir sama dengan termometer
bola basah. Yang membedakannya hanya pada cara kerjanya. Alat ini bekerja
melalui proses pemuatan. Jika suhu naik, air raksa dalam pipa kapiler akan
memuai dan bergerak naik.
Cara menghitung hasil pengukuran dengan termometer bola
kering adalah:
RH = (BK – BB) x Tabel
Suhu udara rata-rata = 
Jadi, selisih angka yang diperoleh dari alat tersebut
merupakan besarnya kelembaban udara pada saat itu. Tetapi apabila kedua alat
tersebut memperoleh hasil yang sama, maka ini berarti kelembaban udara dalam
keadaan jernih.
2.
Termometer bola basah
Alat ini berfungsi
untukmengukur suhu udara. Pada saat pengukuran alat ini dipasang berdampingan
dengan bola kering pada tiang statis. Termometer ini terdiri dari tabung gelas
yang di dalamnya terdapat pipa kapiler. Pada ujung yang lain dihubungkan dengan
air yang ada pada bak (dihubungkan dengan kain muslin dan bak air dihubungkan
dengan udara luar).
Cara kerja:
Termometer bola
basah dalam proses kerjanya dihubungkan dengan udara luar melalui kain muslin
yang dihubungkan dengan air. Pada dasarnya alat ini bekerja melalui proses
penguapan. Pada saat suhu naik, maka air yang ada pada kain muslin akan menguap
sehingga air raksa dalam pipa kapiler bergerak turun dan menyusut.
3.
Termometer maksimum
Termometer ini
berfungsi untuk mengetahui suhu maksimum dalam jangka waktu tertentu, biasanya
dalam jangka waktu satu hari. Tetapi di atas reservoir terdapat suatu bagian
sempit karena adanya stip kaca. Jika suhu naik air raksa dalam resevoir akan
memuai dan dipaksa melalui bagian sempit ke dalam pipa kapiler. Jika suhunya
turun, air raksa dalam pipa kapiler tidak kembali dalam resevoir karena
tertahan bagian yang sempit.
Bagian-bagian
termometer maksimum:
- Resevoir
air raksa
- Pipa kapiler berskala
- Penyempitan
- Indeks
4. Termometer minimum
Termometer ini
berfungsi untukmegukur suhu terendah dalam waktu tertentu, yaitu dalam waktu
satu hari. Di dalam pipa kapiler terdapat stipkaca karena reaksi alkohol tidak
seberapa cepat. Maka reservoir termometer ini dibuat dalam bentuk tapak kuda.
Bagian-bagian termometer minimum:
- Pipa kapiler
- Stipkaca
- Reservoir alkohol
- Indeks
Cara kerja:
Jika terdapat
penurunan suhu udara, maka alkohol dalam reservoir akan menyumbat, sehingga
alkohol dalam pipa kapiler akan mengisi ruang hampa yang terjadi dalam
reservoir, sehinggaindeks yang ada di dalam pipa kapiler ikut menggeser sesuai
dengan penurunan suhu udara saat itu.
Bila suhu udara
naik, maka alkohol akan memuai mengisi atau mendesak alkohol dalam pipa kapiler
sehingga permukaannya akan naik. Namun indeks akan tetap pada tempatnya. Bila
suhu udara turun lagi dan lebih rendah dari semula, maka alkohol dalam pipa
kapiler akan turun dan tingginya sesuai dengan angka yang ditunjukkan dalam
suatu indeks. Jika suhu udara turun lagi sampai di bawah angka penurunan yang kedua,
maka hal ini merupakan suhu udara yang tercapai dalam periode tersebut. Bila
periode harian, maka waktu pengamatan hanya dilakukan satu kali yaitu pada
waktu siang hari sebagai waktu pengamatan kedua dari pengamatan cuaca yang pada
umumnya dilakukan pada setiap stasiun. Sedangkan pengamatan pada periode/ hari
berikutnya, maka permukaan alkohol pada pipa kapiler harus dikembalikan dengan
cara indeks dimiringkan ke arah suhu yang tinggi.
Temperatur yang
rendah dan tercapai pada suatu saat ditunjukkan oleh suatu stip kaca yang
terdapat dalam bejana kapiler. Apabila temperatur itu turun, maka stip kaca
dibawa oleh kekuatan alkohol akan tetap pada tempatnya jika temperatur naik.
Jadi ujung stip menunjukkan temperatur yang rendah.
C.
Alat
Pengukur Penguapan
Penguapan
adalah proses perubahan air menjadi uap. Ua air di udara berasal dari penguapan air di bumi. Kondensasi dan
presipitasi ini mengembalikan air ke bumi. Alat pengukur penguapan ini adalah Open
Van Evaporation. Alat ini berfungsi untuk mengetahui besarnya
penguapan radiasi langsung dari matahari.
Bagian-bagian alat:
- Panci untuk menampung air yang berdiameter 120 cm
dan tinggi 30 cm.
- Hook geuge (batang berskala) untuk mengetahui
ketinggian air dalam panci.
- Stiff well (bejana) untuk menampakkan hook geuge
sehingga memudahkan dalam pembacaan.
- Kayu penopang untuk penyangga panci sehingga tidak
bersentuhan dengan tanah karena tanah mengandung panas yang akan menambah
penguapan.
- Termometer
air untuk mengukur suhu air permukaan.
Rumusnya: Thermometer Maksimum –
Thermometer Minimum
2
Cara
kerja:
Panci
penguapan diisi air setinggi 20 cm sehingga di atas rongga 5 cm pengukuran
dilaksanakan pada permukaan air dalam keadaan tenang di dalam tabung peredam
riak.Untuk mengukur dan membaca
skalanya, maka tabung penganam didekatkan ke panci dengan maksud agar permukaan
air tetap tenang dan tidak terlalu bergelombang. Setelah itu sekrup patrol
diputar sambil melihat ujung panci dari hungging di dalam tabung pengaman.
Sekrup pengontrol yaitu berada di atas penyangga hungging berfungsi untuk
menaikkan atau menurunkan skala. Jika sekrup itu diputar kembali ke kanan maka
tiang skala turun angka yang dibaca adalah angka yang terdapat tegak lurus
dengan sekrup pengontrol. Adapun skala yang tertera pada skala adalah angka 1 –
100.
D.
Alat
Pengukur Lamanya Penyinaran dan Intensitas Matahari (Cambell Stokes)
Alat ini berfungsi untuk mengetahui lamanya penyinaran
matahariu dalam satuan jam/ persen. Lamanya penyinaran yaitu 12 jam. Sinar
matahari yang ditangkap oleh bola kaca yang sifatnya mengumpulkan sinar ke
titik api yang tepat pada kertas pias, maka kertas itu akan terbakar apabila
terjadi penerimaan radiasi sinar matahari dari berkas-berkas yang terbakar ini
dapat ditentukan berapa lama matahari bersinar pada hati itu.
Bagian-bagian alat:
1.
Bola
kaca pejal berdiameter 10 – 15 cm berfungsi menerima sinar matahari yang
difokuskan pada suatu titik.
2.
Penahan
(sumbu bola yang dihubungkan dengan lingkaran sumbu bola berfungsi sebagai
pengatur lintang antara bola kaca dengan pengukur lintang tempat.
3.
Busur
meridian mengatur sudut kemiringan lensa
4.
Sekrup
pengunci
5.
Sekrup
pengatur letak horizontal tubuh alat
6.
Tempat
pias yang menghadap timur barat
7.
Kerangka
alat
8.
Dasar
alat
9.
Water
pas
Cara
memasang bagian-bagian alat:
- Alat diletakkan di atas tembok dengan ketinggian 120 cm
- Tubuh alat diletakkan horizontal
- Sumbu bola mengarah sebelah utara selatan
- Kemiringan lensa bola bersama dengan kertas pias harus disesuaikan
dengan derajat lintang bumi setempat, setelah mencapai kemiringan yang
tepat sekrup pengunci agar posisinya tidak berunbah.
- Lensa bola diatur sedemikian pada bola agar jarak timur barat sama
panjang kertas pias Cambell Stokes. Kertas pias dipasang pada pagi hari
pada jam 07.00 dan dilepaskan pada sore hari pada jam 18.00.
Kertas pias ada tiga macam, yaitu:
·
Pias
garis lurus
·
Pias
lengkung panjang
·
Pias
lengkung pendek
Kertas pias hanya terbakar jika kekuatan sinar matahari
0,3 kalori atau lebih. Selisih antara lebar kertas dengan parit kurang lebih
0,3 mm sehingga mudah dipasang dan dilepaskan terutama pada waktu basah oleh
air hujan. Tebal kertas kurang lebih 0,4 mm. Garis tanda jam berwarna putih
melintang terhadap pembakaran.
Ketiga jenis pias tersebut dipasang berdasarkan dengan
letak matahari.
·
pias
garis lurus dipasang pada bulan agustus
·
pias
lengkung panjang dipasang pada bulan juni
·
pias
lengkung pendek dipasang pada bulan april
Cara kerja
Pada saat matahari bersinar cerah,yaitu lebih besar dari
0,3 kalori cm-2 menit-1. sinar yang jatu pada bola pejal
akan dikumpulkan dan difokuskan pada suatu titik dan diarahkan pada kertas
pias. Kertas pias akan menerima sinar dalam bentuk titik api dan meninggalkan
bekas terbakar pada kertas pias. Panjang bekas terbakat pada kertas pias
merupakan lama penyinaran sinar matahari.
·
kertas
lengkung panjang digunakan selama periode ”summer” setempat.
·
kertas
pias garislurus digunakan selama periode ”ekeuinoke” setempat.
·
kertas
pias lengkung pendek digunakan selama periode ”winter” setempat.
Lama penyinaran matahari juga dapat dinyatakan dengan
persentase selain dinyatakan penyinaran matahari juga dapat dinyatakan dengan
waktu saja.
E.
Alat
Pengukur Temperatur dan Suhu Tanah
1.
Termometer
tanah berumput
Berfungsi untuk mengukur temperatur atau suhu tanag
berumput masing-masing kedalamnya.
Bagian-bagian alat:
- Termometer tanah yang ditamnam pada kedalaman yang berbeda.
Termometer tanah yang bengkok ini adalah merupakan perubahan bentuk
termometer air raksa. Termometer ini mempunyai kedalaman yang berbeda
yaitu 0 cm, 2 cm, 5 cm, 10cm, 20 cm, dan sudut kemiringan 25 derajat.
- Termometer tanah tipe siwon dengan kedalaman 50 dan
100 cm (disebut juga termometer berselubung logam).
2.
Termometer
tanah gundul
Termometer ini memiliki cara kerja yang sama pada
termometer tanah berumput. Yang membedakan hanya pada jenis tanahnya yaitu
tanah gundul dan tanah berumput.
Prinsip kerja alat ini sama dengan termometer tanah
berumput yaitu melalui proses pemuaian.
Cara kerja:
Pada dasarnya cara kerja alt ini hampir sama dengan
termometer tanah berumput yaitu jika suhu naik, maka air raksa yang ada pada
termometer akan naik dan menunjukkan skala pada pipa.
Aplikasi pada pertanian kita dapat mengetahui dengan
mudah jenis tanaman yang dapat tumbuh seperti tanaman yang berumur pendek
seperti kacang-kacangan, padi, dan berbagai jenis tanaman lainnya yang cocok
untulk tanah yang gundul.
F.
Alat
Pengukur Kecepatan Angin (Cup Counter Anemometer)
Alat ini
berfungsi untuk mengukur arah dan kecepatan angin rata-rata.
Cup counter anemometer ada 3 jenis,
yaitu:
1.
Cup
counter dengan ketinggian 0,5 meter dari permukaan tanah
2.
Cup
counter dengan ketinggian 2 meter dari permukaan tanah
3.
Cup
counter dengan ketinggian 6 meter dari permukaan tanah.
Bagian bagian alat:
·
3
buah mangkok yang berfungsi untuk menangkap angin
·
Counter
(bilangannya) berfungsi untuk mengetahui kecepatan angin
·
Tiang
penyangga yang berfungsi untuk menyangga alat.
Prinsip
kerja:
Pada
dasarnya alat ini akan bekerja jika angin bertiup. Dari situlah kita dapat
mengetahui berapa kecepatan angin pada saat angin bertiup dengan menggunakan
alat tersebut.
Cara
kerja:
Mangkok
akan berputar ketika angin bertiup.karena perputaran mangkok tersbut,
mengakibatkan pangka yang terdapat pada counter akan bertambah. Dari counter
tersebut akan diketahui arah dan kecepatan angin rata-rata dalam satuan km/jam.
BAB IV
SISTEM INFORMASI KLIMATOLOGI
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
 |
|
|
|
PELAPORAN
Pengamatan
unsure iklim dilakukan oleh:
1. Unit pelaksana teknis BMG SULSEL dan
SULTRA
2. sistem kerja sama
¨
Dinas
pertanian dan peternakan
¨
INCO
¨
BALITJAR
¨
Balai
Proteksi
¨
Pengamatan
stasiun kerjasama
|
|
|
 |
|
|
|
Pengamatan dan analisis kegiatannya
1.
Dana control
2.
Komplikasi data
3.
Komputerisasi data
4.
Evaluasi dan prakiraan
5.
Sifat hujan bulanan
6.
Prakiraan musim hujan
7.
Prakiraan musim kering
8.
Penelitian
|
|
|
|
|
|
Pemakai jasa klimatologi
1. PEMDA TK I dan TK II
2. Instalasi swasta
3. Siswa SMU
|
|
|
|
|
Stasiun klimatologi kelas I PNK
|
|
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ada beberapa alat pengukur pengendali iklim dan cuaca,
antara lain:
1.
Cambell
Stokes, berfungsi untuk mengetahui lamanya penyinaran matahari
2.
Pengukur
hujan otomatis tipe Hellman, berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan
harian.
3.
Penakar
hujan observation (OBS), berfungsi untu mengukur jumlah curah hujan harian.
4.
Sangkar
meteorologi, untuk melindungi alat-alat meteorologi seperti termometer dari
sinar matahari.
5.
Termometer
bola basah, untuk mengukur suhu udara pada saat pengamatan.
6.
Termometer
bola kering untuk mengukur kelembaban udara.
7. Termometer
maksimum untuk mengukur suhu maksimum.
8. Termometer
minimum untuk mengukur suhu minimum (terendah).
9.
Gun
Belani untuk mengukur energi radiasi matahari.
10. Termometer tanah berumput dan dundul, untuk mengukur
temperatur tanah bervegetasi dan yang tidak bervegetasi.
11. Cup counter anemometer berfungsi untuk mengukur arah dan
kecepatan angin.
B.
Saran
1.
Sebaiknya,
sebaiknya alat-alat yang ada lebih di rawat karena yang kami lihat di lapangan
sangat tidak terawat dan juga sudah ada yang karatan.
2.
Seharusnya,
setiap mahasiswa ikut berpartisipasi dalam menenyakan hal-hal yang kurang jelas
dari penjelasan asisten lapangan mengenai alat-alat meteorology.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 1998. Dasar-dasar Klimatologi Pertanian.
Universitas Brawijaya: Malang.
Ance, Gunarsih Karta Sapoerta. 1986. Klimatolog:
Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bina Akasara: Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar Klimatologi.
PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Marbun. 2004. Ensiklopedia Geografi. Yudhistira:
Bandung.
LAMPIRAN GAMBAR
( Penakar Hujan Observation)
Keterangan gambar:
1.
Mulut
corong luas 100 cm2
2.
Tabung
penampung
3.
Pondasi
beton
4.
Gelas
ukur
(Sangkar Meteorologi)
1
2
5
3
(Penakar Hujan Otomatis)
Keterangan Gambar:
- Corong penakar luasnya 200 cm2
- Jam pemutar dan kertas pias
- Tabung penampung
- Panci penampung
- Tinta
(Oven Van Evaporation)
Keterangan gambar:
- Bak air
- batang berskala
- tabung
- pemberat tabung
- pengukur penguapan
(
Termometer Berumput)
(Anemometer Otomatis)
(Campbell
Stokes
Keterangan Ganbar:
- bola kaca pejal
- busur pemegang bola
- letak pias
- petunjuk letak horison
- sekrup pengatur
(Anemometer
Wind Vane dan Force Indicator)